Jumat, 21 Maret 2014

pemeriksaan fisik pada ibu hamil

Pemeriksaan Fisik pada Ibu hamil


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Sebelum memulai pemeriksaan, perawat harus menjelaskan pada ibu dan kelurga apa yang akan dilakukan. Berikan mereka waktu untuk mengajukan pertanyaan sehingga mereka dapat memahami pentingnya pemeriksaan tersebut.
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya.Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik.Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
Banyak ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuhnya, hal ini perlu diperhatikan oleh perawat untuk menjaga privasi pasien tutuplah bagian tubuhnya ibu dengan kain, sehingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang terbuka. Ibu hendaknya diperiksa dengan sentuhan yang hati-hati dengan sikap bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alas an melakukannya.
Untuk itu kami menyusun makalah ini untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
B.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah  untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah askeb I (kehamilan) disamping itu agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pemeriksaan fisik pada ibu hamil serta untuk menambah wawasan bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAAN
A.    Definisi Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahi m ibu.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Pengkajian fisik harus dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan adanya pencatatan data yang akurat diharapkan pengambilan tindakan yang dilakukan sesuai dengan masalah atau kondisi pasien.
B.     Tujuan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu ditentukan berapa usia kehamilannya.
Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kahamilan atau tidak, serta di mana letak janin.
C.     Alat dan Komponen Pemeriksaan Kehamilan
1.      Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil.Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)
2.      Komponen Pemeriksaan Fisik pada Kunjungan Antenatal Pertama
1)      Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
c. Tandatanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
2)      Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata
c. Mulut pucat
d. Leher
    meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar   thyroid
3)      Pemeriksaan ekstremitas atas untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan cinicin tersebut ke jari yang lain)
4)      Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya :
1. Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2. Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3. Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.
5)      Payudara
a.Ukuran simetris
b.Putting menonjol / masuk
c.Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d.Retraksi    
e.Massa
f.Nodul axilla
6)      Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1.       Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2.       penancapan (engagement)
3.       Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4.       Evaluasi kasar volume cairan amnion
5.       Observasi atau palpasi gerakan janin.
6.       Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada kinjungan sebelumnya)
7.       Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18 minggu)
7)      Genetalia luar (externa)
a.       varises
b.      perdarahan
c.       luka
d.      cairan yang keluar
e.       pengeluaran dari uretra dan skene
f.       kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
8)      Genetalia dalam (interna)
a.       servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau terbuka
b.      vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c.       ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d.      uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.
9)      Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
a.       Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat rabas pervagina.
1.      Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan diagnostic dengan menggunakan preparat apusan basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk tes diagnostic.
2.      Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes penyembuhan ) jika muncul gejala; evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak menunjukkan gejala
3.      Ulangi pap smear, jika diperlukan
4.      Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
5.      Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini
b.      Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena wanita tersebut menolak diperiksa
c.       pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala persalinan premature untuk mengkaji:
1. Konsistensi serviks
2. Penipisan (effacement)
3. Pembukaan
4. Kondisi membrane
5. Penancapan / stasiun
6. Bagian presentasi
Beberapa bidan juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan.
Banyak bidan, meski tidak semua, yakin bahwa mereka harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi serviks. Para bidan memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes laboratorium.
D.    Tes Laboratorium dan tes penunjang
Spesimen urine diambil pada setiap kunjungan ulang untuk digunakan pada tes dipstick guna mengetahui kandungan protein atau glukosa didalamnya. Tes laboratorium dan tes penunjang lain yang diprogramkan selama pemeriksaan antepartum awal ditinjau kembali untuk dipelajari hasilnya.
Semua wanita harus menjalani penapisan diabetes pada minggu ke 28 dan penapisan streptokokus B pada minggu ke-35 hingga ke-37.kebijakan praktik institusi bervariasi dalam hal pengulangan tes laboratorium rutin yang diperoleh pada kunjungan awal. Beberapa kebijakan menetapkan tes diulang hanya jika ada indikasi menurut riwayat, temuan pada pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul.Temuan ini meliputi hemoglobin dan hematokrit, VDRL, gonorea, klamidia dan titer antibody pada wanita dengan Rh negative sebelum menerima RhoGAM profilaksis pada usia kehamilan 28 minggu. Tes laboratorium dan tes penunjang lainnya dilakukan jika temuan yang diperoleh pada pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul serta tes laboratorium sebelumnya mengindikasikan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahi m ibu.
Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya.Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik.Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
B.     SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI.1992.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks            Keluarga:Jakarta
Departemen Kesehatan RI.1998.Asuhan Keperawatan Ibu Hamil (Antematal).Modul Diklat Jarak Jauh.Jakarta
Departemen Kesehatan RI.1999.Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Dasar:Jakarta
Pendidikan Kesehatan tenaga panduan pengajaran.2003.Antenatal Asuhan Kebidanan Fisiologi Dosen Diploma III Kebidanan, Asuhan l:Jakarta

10 tanda bahaya BBL

Waspadai dan Kenali 10 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

  1. Malas Minum. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum Kondisi ini terjadi karena bayi mengalami gangguan yang tidak ringan atau infeksi berat
  2. Gerak dan tangis lemah atau tidak ada. Keadaan umum bayio paling mudah dikenali dari gerakan dan tangisnya. Bila gerakan melemah dan tangisan lemah atau tidak ada harus diaspdai kondisi bayi sedang dalam keadaan umum yang tidak baik. Kondisi tubuh lemah Bayi bergerak saat hanya dipegang, hal ini menandai bayi sakit berat.
  3. Demam Apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celsius, bayi anda dipastikan mengalami demam. Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya jika tubuhnya terasa dingin, dengan suhu tubuh kurang dari 36,5 derajat Celsius.
  4. Merintih dan Sesak. Sesak napas dan terus menerus merintih Ini menandakan bayi mengalami sakit serius. Sesak napas dikenali dengan gerakan napas bayi yang cepat bila dihitung dalam semenit gerakan napas di dada lebih dari 60 kali permenit.
  5. Infeksi Tali Pusat. Pusar kemerahan hingga ke dinding perut dan berbau tajam.Kebersihan tali pusat yang masih basah perlu dijaga. Tali pusat tidak perlu diberi alkohol, obat merah, atau antiseptik. Yang perlu dilakukan adalah membersihkannya dengan air matang dan sabun, keringkan dengan kain bersih dan dapat ditutup longgar dengan kain kasa steril atau dibiarkan terbuka. Jangan berikan bedak, abu gosok, atau lainnya karena hanya bisa membuatnya terinfeksi. Umumnya, tali pusat puput dalam 1-2 minggu. Jika tali pusat tidak puput juga, berbau, berlendir, atau berdarah, segera bawa ke dokter terdekat. Dalam keadaan seperti itu dapat diberi alkohol atau betadine sebelum di bawa ke dokter.
  6. Infeksi mata. ata bayi bernanah banyak Bila tidak segera diobati, bayi terancam kebutaan.
  7. Diare dan dehidrasi. Diare yang disertai dengan gejala mata cekung dan kondisi tidak sadar Jika kulit perut bayi dicubit kembali dengan lambat, hal ini menandakan dia mengalami kekurangan cairan dalam tahap kronis. Kadangkala menilai tanda kekurangan cairan opada bayi baru lahir tidak mudah. salah satu yang dapat dibnilai adalah penurunan berat badan dalam 1-7 hari pmenurun drastis kurang dari 10%
  8. Kuning Tinggi. Kulit bayi terlihat berwarna kuning (jaundice) Warna kuning ini terjadi akibat penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Kuning pada bayi akan berbahaya bila muncul kurang dari 24 jam setelah lahir, pada umur lebih dari 14 hari, dan kuning sampai ke telapak tangan atau kaki.  Bayi, terutama yang lahir kurang bulan, kadang terlihat agak kuning pada beberapa hari setelah kelahiran. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kurangnya asupan susu, golongan darah anak dan ibu berbeda yang menyebabkan hemolisis, hingga infeksi. Jika bayi menderita kuning dalam 24 jam pertama kelahiran, harus segera dibawa ke rumah sakit. Jika kuning muncul pada hari ke-2 atau lebih, sebaiknya diperiksakan dahulu ke dokter. Beberapa keadaan kuning pada bayi dapat dilakukan terapi sinar dan yang lainnya dapat dilakukan rawat jalan. Namun, semuanya setelah melewati pemeriksaan dokter. erapi sinar dilakukan bervariasi lamanya, setiap harinya bayi akan dilakukan pemeriksaan bilirubin untuk mengetahui apakah kadar bilirubinnya sudah turun atau belum. Rata-rata bayi diberikan terapi sinar antara 2-5 hari.
  9. Hipotermia (suhu rendah) Bayi baru lahir terutama bayi dengan berat lahir rendah (< 2.500 gram) berisiko mengalami kedinginan karena luas permukaan bayi relatif lebih luas sehingga mengalami paparan yang lebih banyak. Hipotermia (kedinginan) adalah keadaan suhu tubuh bayi di bawah 36,5°C. Untuk menghindari dan mengatasi masalah hipotermia dapat dilakukan dengan berbagai cara. akukan skin-to-skin-contact atau kontak kulit bayi ke kulit ibu. Tubuh ibu akan bertindak sebagai termoregulator dan menstabilkan suhu bayi. erhatikan suhu ruangan, jaga agar tetap hangat. erikan pakaian yang cukup hangat untuk bayi. Jika perlu, berikan selimut ekstra untuk si kecil saat malam hari untuk mencegah kedinginan. ada bayi berat lahir rendah dapat dilakukan perawatan metode kanguru. ika suhu tubuh bayi tetap dingin, segera bawa ke dokter.
  10. Kejang Kejang kadang adang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Namun, bila Anda melihat gejala atau gerakan yang tidak biasa terjadi berulang-ulang dan tidak berhenti saat bayi disentuh atau dielus-elus, kemungkinan besar dia mengalami kejang. Gejalanya berulang-ulang dalam rupa menguap, mengunyah, mengisap, bola mata berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda, mata mendelik, dan berkedip. sumber : http://growupclinic.com/2012/05/16/waspadai-dan-kenali-10-tanda-bahaya-bayi-baru-lahir /

tanda bahaya kehamilan

Setiap ibu hamil tentu menginginkan bisa menjalani kehamilannya dengan lancar. Selain perlu mengetahui hal-hal yang biasanya menyertai jalannya proses kehamilan, ibu hamil juga perlu mengenali beberapa tanda bahaya pada kehamilan supaya bisa segera mencari pertolongan medis. Berikut ini, akan dibahas 9 tanda bahayapada kehamilan yang perlu kita ketahui.
1.         Mual dan muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum)
         Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada saat hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menyebabkan keadaan umum tubuh ibu hamil memburuk. Sebenarnya mual dan muntah merupakan hal yang biasa dialami oleh ibu hamil pada kehamilan trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan), kurang lebih pada 6 pekan setelah haid terakhir dan umumnya terjadi selama 10 pekan. Akan tetapi, mual dan muntah ini akan menjadi masalah yang sangat mengganggu jika terjadi secara berlebihan, yaitu ketika terlalu sering dan parah (bisa sama sekali tidak bisa makan/minum) dan bertahan lebih lama (bahkan kadang terjadi selama sembilan bulan penuh). Mual dan muntah yang terus-menerus akan menyebabkan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) dan kekurangan kadar mineral dalam tubuh karena banyak cairan tubuh keluar lewat muntahan. Di samping itu, hiperemesis juga bisa mengakibatkan rusaknya organ hati dan robeknya selaput lendir kerongkongan dan lambung (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan di saluran cerna. Jika tidak dirawat dan mendapat penanganan yang memadai, hiperemesis bisa menjurus pada kekurangan gizi dan dapat membahayakan ibu serta janin yang dikandungnya.

2.      Kurang darah (anemia)
Anemia ditandai dengan lemah, letih, lesu, pucat, pusing (kadang berkunang-kunang) dan sering sakit-sakitan. Anemia atau kurang darah merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu. Ibu hamil yang anemia tidak dapat me­menuhi kebutuhan tubuh ibu dan janin akan nutrisi dan oksigen yang dibawa dalam darah, sehingga pertumbuhan janin terganggu. Pada saat melahirkan, wanita yang menderita anemia dapat mengalami syok karena kehilangan banyak darah dan bahkan berisiko pada kematian.

3.      Berat badan ibu hamil tidak naik
Selama kehamilan, ibu hamil di­harapkan mengalami penambahan berat badan sedikitnya 6 kg. Ini seb­agai petunjuk adanya pertumbuhan janin. Tidak adanya kenaikan berat badan yang diharapkan menunjuk­kan kondisi gizi yang buruk pada ibu hamil dan menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terhambat.

4.      Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan atau koma, tekanan darah tinggi
Gejala-gejala tersebut dapat merupakan pertanda adan­ya preeklamsi. Bi­asanya terjadi pada usia kehamilan 20 pekan (akhir trimester 2 atau pada trimester 3) walau juga dapat dijumpai lebih awal. Preeklamsi dapat diikuti terjadinya eklamsi yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

5.      Gerakan janin berkurang atau tidak ada
Sejak usia kehamilan 5 bulan, ibu sebaiknya memantau gerakan janin. Gerakan janin diharapkan dirasakan oleh ibu 3 kali setiap jam. Jika ibu merasakan kurang dari itu, menun­jukkan bayi tidak aktif, harus berkon­sultasi dengan bidan atau dokter.

6.      Penyakit Ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan
Beberapa ibu yang memiliki penyakit seperti kencing manis (diabetes mellitus), penyakit jantung, anemia, dan penyakit lain yang bisa berpengaruh pada kehamilan, hendaknya sering kontrol dan berkonsultasi dengan dokter. Hal ini untuk meminimalisir akibat buruk yang bisa muncul dan membahayakan jiwa ibu maupun janin yang dikandung. Bahkan, dianjurkan untuk mempersiapkan diri ketika merencanakan untuk hamil.

7.      Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban dari vagina setelah kehamilan berusia 22 pekan. Ketuban dinyatakan pecah lebih dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Jika ibu hamil mengalami ketuban pecah dini, hendaknya segera memeriksakan diri ke bidan atau dokter, karena kondisi tersebut dapat mempermu­dah terjadinya infeksi pada kandun­gan yang dapat membahayakan ibu maupun janinnya.

8.      Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada usia kehamilan berapapun, dan bisa menjadi pertanda adanya bahaya yang mengancam, baik pada ibu maupun janin yang dikandung. Perdarahan pada awal kehamilan dapat merupakan tanda keguguran. Perdarahan pada usia kehamilan 4-9 bulan dapat menunjukkan plasenta letak rendah dalam rahim dan dapat menutup jalan lahir. Perdarahan pada akhir kehami­lan dapat merupakan tanda plasenta terlepas dari rahim. Perdarahan yang hebat dan terus menerus setelah melahirkan dapat menyebabkan ibu kekurangan darah dan merupakan tanda bahaya dimana ibu bersalin harus segera mendapat pertolongan yang tepat dari bidan atau dokter.

9.      Demam tinggi
Demam tinggi dapat disebabkan karena infeksi atau penyakit lain. Hendaknya ibu hamil yang mengalami demam tinggi segera memeriksakan diri ke dokter supaya mendapat penanganan yang tepat terkait demam yang dialaminya. Demam tinggi yang tidak ditangani dengan tepat dapat meningkatkan risiko terjadinyapersalinan prematur.

KONTROL KEHAMILAN SECARA TERATUR
Sudah semestinya ibu hamil memperhatikan kondisi kesehatan dan keselamatan dirinya sekaligus janin yang dikandungnya. Untuk itu, sangat dianjurkan untuk rutin kontrol ke bidan atau dokter, supaya kehamilan bisa lancar dan selamat sampai dengan persalinan. Ibu hamil hendaknya juga banyak berkonsultasi dan mencari tahu mengenai masalah yang mungkin muncul pada saat kehamilan. Dengan begitu, ibu hamil dapat mengambil langkah yang tepat untuk menghadapinya. Demikian penjelasan mengenai tanda bahaya pada kehamilan. Semoga bermanfaat

sumber : kesehatanmuslim.com/mengenal-9-tanda-bahaya-pada-kehamilan/

pemeriksaan abdomen pada ibu hamil

Pemeriksaan Abdomen Pada Ibu Hamil
A. Inspeksi Abdominal
Inspeksi abdominal bertujuan untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi pada linea alba di garis tengah abdomen yang biasanya lebih hitam pada usia kehamilan 12 minggu yang kemudian disebut dengan linea grisea. Dan tidak jarang ditemui kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut strie livide. Setelah partus, strie livide ini berubah warnanya menjadi putih disebut strie albican. Inspeksi abdominal juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat bekas oprasi (SC) atau tidak guna penapisan awal untuk ibu dengan resiko tinggi. Serta untuk mengetahui pembesaran uterus apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
B. Palpasi Abdominal
Tujuan dari palpasi abdominal adalah untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi, kontraksi rahim, Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi abdominal yang lazim digunakan adalah menurut Leopold.
Pemeriksaan palpasi menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit tinggi (memakai bantal). Setelah ibu hamil dalam posisi terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika berkontraksi harus ditunggu sampai tidak berkontraksi. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan wanita tesebut, dengan maksud supaya dinding perut ibu hamil tidak tiba-tiba berkontraksi, untuk itu sebelum palpasi kedua telapak tangan pemeriksa dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudia pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi empat tahap. Pada pemeriksaan Leopold I,II,III, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu yang diperiksa dan pada pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu.
Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamialan. Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri.
Pada pemeriksaan Leopold II, ditentukan batas samping uterus, dapat pula ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala.
Pada Leopold III, ditentukan bagian apa yang berada di sebelah bawah. Dan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas panggul. Dari letak janin ini dapat didengarkan bunyi jantung janin di tempat tertentu, disesuaikan dengan sikap janin. Pada sikap defleksi bunyi jantung janin terletak pada tempat bagian-bagian kecil janin berada. Dengan pemeriksaan singkat tersebut, dapat diketahui: tinggi fundus uteri, letak janin, apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul, letak punggung janin, bunyi jantung janin.
Teknik pelaksanaan palpasi abdominal adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada ibu.
2. Ibu dipersilahkan berbaring terlentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap ke kaki ibu.
Leopold I
· Kedua telapak tangan pemeriksa diletakan pada puncak fundus uteri.
· Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
· Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).
Leopold II
· Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
· Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.
· Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III
· Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
· Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
· Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami enggagement atau belum.
Leopold IV
· Pemeriksa mengubah posisinya sehingga menghadap ke arah kiri pasien.
· Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
· Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
C. Auskultasi
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen ibu hamil dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan menggunakan alat fetal electro cardiograph (Doppler) pada usia kehamilan 12 minggu. Dan dapat didengarkan menggunakan stetoskop Laennec pada usia kehamilan 18-20 minggu. Denyut jantung janin dikatakan normal bila berkisar antara 120-160x/menit, dan dikatakan takikardi bila lebih dari 160x/menit dan brakikardi bila kurang dari 120x/menit dan ini merupakan tanda bayi mengalami fetal distress. Ketika partus sebaiknya didengar satu menit denyutan permenit. Cara menghitungdenyut jantung janin dalam 5 detik pertama,kemudian 5 detik ketiga,kelima, kemudian hasil dijumlahkan dan dikalikan 4 untuk mendapatkan hasil perhitungan denyut jantung selama satu menit. Dengan cara ini dapat diperoleh kesan apakah denyut jantung janin tersebut teratur atau tidak. Teknik pelaksanaan auskultasi adalah sebagai berikut :
1. Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan feteskop de Lee.
2. Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
3. Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali.
4. Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10-12-10 berarti frekuensi detik jantung janin 32×4 = 128 kali per menit.
5. Frekuensi detik jantung janin nornal 120-160 kali per menit.

sumber : http://mharwiyahkeb.wordpress.com/category/info-makalah-kebidanan/

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Filed under: Gizi Dasar — hasanah619 @ 6:32 pm
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
A. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
1.  Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
2.  Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.
  • Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (mEq/L) atau dengan berat molekul dalam garam (mmol/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Bila garam larut dalam air, misalnya garam Nacl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif dinamakan anion. Ion mengandung muatan listrik dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation.
    • Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
    • Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO43-).
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan didalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena bersifat polar, menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air disekitarnya.
  • Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

B. Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas (Guyton & Hall, 1997)
  • Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
  • Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan Ekstraseluler terdiri dari :
  • Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
  • Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
-       Pengiriman nutrien (misal ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
-       Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
-       Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
-       Transpor hormon ke tempat aksinya
-       Sirkulasi panas tubuh
  • Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
diagram 1
C. Fungsi dan Kebutuhan Cairan Tubuh
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.
Prosentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan
diagram 2
Distribusi Cairan Tubuh
diagram 3
Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (Ces) Dan Cairan Intraseluler (Cis) Pada Dewasa Normal Terhadap Berat Badan
diagram 4Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.
Bagi manusia, air berfungsi sebagai bahan pembangunan disetiap sel tubuh. Cairan manusia memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Dengan demikian air digunakan dalam tubuh sebagai pelarut, bagian dari pelumas, pereaksi kimia, mengatur suhu tubuh, sebagai sumber mineral, serta membantu memelihara bentuk dan susunan tubuh. Air yang dibutuhkan manusia berasal dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh.
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu :
  • Pelarut dan alat angkut. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
  • Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk didalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
  • Pelumas. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
  • Fasilitator pertumbuhan. Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
  • Pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas didalam tubuh.
  • Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.
Kebutuhan air sehari dikatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1.0-1.5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1.5 ml/kkal.
D. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler (sebagian besar) yang terdapat disel-sel dan cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatik / tetap. Keseimbangan cairan di tiap komportemen menentukan volume dan tekanan darah.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam harus bergerak dengan demikian menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru. Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan ekskresi dapat dilihat pada tabel berikut :
Masukan Air Jumlah (ml) Ekskresi /Keluaran Air Jumlah (ml)
Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400
Makanan 700-1000 Kulit 450-900
Air metabolik 200-300 Paru-paru 350


Feses 150
Jumlah 1450-2800
1450-2800
Sumber : Almatsier (2001) disitasi dari Whitney et al. (1993) Understanding Nutrition
Air dibuang dari tubuh melalui air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan nafas. Tubuh akan kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau kehilangan air maka akan menimbulkan dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air kurang atau keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.
Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar (60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan air.
Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya volume plasma sehingga menimbulkan gangguan termoregulasi dan kerja jantung. Selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan. Dehidrasi juga menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi berat menyebabkan kerja otak terganggu sehingga cenderung mengalami halusinasi.
Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES dan menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.
E. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH), Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
Ginjal                                                                                            Otak
Untitled
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
diagram 5
2.  Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5.  Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6.  Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7.  Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
DAFTAR PUSTAKA
Yuniastuti, ari, 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta
http//. www. keperawatankita.wordpress.com weblog